Dengan lebih dari 3 juta wisatawan setiap tahunnya, maka situs Le Mont Saint Michel menduduki urutan kedua yang paling banyak didatangi turis setelah kota Paris. Jadi bisa dibayangkan, kota Paris yang luas dan kaya dengan obyek wisata dibandingkan dengan satu situs maha karya yang berada di Normandi ini. Tak heran bila Le Mont Saint Michel merupakan impian setiap wisatawan agar bisa mengunjunginya.
Mont Saint-Michel awalnya terhubung dengan daratan utama melalui sebuah jembatan darat alami yang tipis, dan kemudian sebelum modernisasi tertutup pada saat pasang dan terlihat pada saat surut. Oleh karena itu Mont Saint Michel mendapat gelar mistik yaitu pulau pasang.
Sebelum pembangunan monastik pertama pada abad ke-8, pulau ini disebut Mont Tombe. Menurut legenda, malaikat Michael menampakkan diri kepada St. Aubert, Uskup Avranches, pada 708 dan memerintah dia untuk membangun sebuah gereja di pulau tersebut. Aubert beberapakali mengabaikan instruksi tersebut, sampai Michael membuat lubang di tengkorak uskup tersebut dengan jarinya.
Pada 1067, biara Mont Saint-Michel mendukung William Normandi yang mengklaim tahta Inggris. Biara ini diberikan tanah di Inggris, termasuk sebuah pulau kecil di barat Cornwall, yang meniru gaya Mount Saint-Michel dan dinamakan Gunung St Michael di Penzance.
Selama Perang Seratus Tahun, pasukan Inggris berulang kali melakukan penyerangan terhadap pulau ini tetapi tidak dapat merebutnya dikarenakan pertahanannya yang kuat. Les Michelettes, dua meriam besi yang ditinggalkan oleh Inggris dalam penyerangan gagal mereka pada 1423-24, masih dipajang di dekat tembok pertahanan luar.
Pada 1879, jembatan tanah tersebut dibangun menjadi sebuah causeway.
Alasan kedua, karena seringnya cuaca buruk dan sebagian besar jalanan di daerah itu tak memungkinkan bagi kami membawa kereta bayi. Kebanyakan harus dilakukan dengan berjalan kaki.
Mont Saint-Michel awalnya terhubung dengan daratan utama melalui sebuah jembatan darat alami yang tipis, dan kemudian sebelum modernisasi tertutup pada saat pasang dan terlihat pada saat surut. Oleh karena itu Mont Saint Michel mendapat gelar mistik yaitu pulau pasang.
Sebelum pembangunan monastik pertama pada abad ke-8, pulau ini disebut Mont Tombe. Menurut legenda, malaikat Michael menampakkan diri kepada St. Aubert, Uskup Avranches, pada 708 dan memerintah dia untuk membangun sebuah gereja di pulau tersebut. Aubert beberapakali mengabaikan instruksi tersebut, sampai Michael membuat lubang di tengkorak uskup tersebut dengan jarinya.
Pada 1067, biara Mont Saint-Michel mendukung William Normandi yang mengklaim tahta Inggris. Biara ini diberikan tanah di Inggris, termasuk sebuah pulau kecil di barat Cornwall, yang meniru gaya Mount Saint-Michel dan dinamakan Gunung St Michael di Penzance.
Selama Perang Seratus Tahun, pasukan Inggris berulang kali melakukan penyerangan terhadap pulau ini tetapi tidak dapat merebutnya dikarenakan pertahanannya yang kuat. Les Michelettes, dua meriam besi yang ditinggalkan oleh Inggris dalam penyerangan gagal mereka pada 1423-24, masih dipajang di dekat tembok pertahanan luar.
Pada 1879, jembatan tanah tersebut dibangun menjadi sebuah causeway.
Alasan kedua, karena seringnya cuaca buruk dan sebagian besar jalanan di daerah itu tak memungkinkan bagi kami membawa kereta bayi. Kebanyakan harus dilakukan dengan berjalan kaki.
Spoiler for sekilas potonya:
Spoiler for sekilas potonya:
Spoiler for sekilas potonya:
Spoiler for sekilas potonya:
[IMG]
Spoiler for sekilas potonya:
Spoiler for sekilas potonya:
Spoiler for sekilas potonya:
ini proses pengembangannya gan
Spoiler for abad ke 10:
]
Spoiler for abad ke 11 sampai 12:
Spoiler for abad ke 17 sampai 18:
Spoiler for abad ke 20:
Bicara sedikit mengenai Le Mont Saint Michel. Le Mont Saint Michel adalah sebuah daerah di Normandi, berbatasan dengan Bretagne. Namun yang menjadi tujuan utama para wisatawan adalah, pulau kecil dari karang raksasa yang merupakan kota tua dengan gereja dan tempat para pendeta tinggal.
Kemegahan dan keindahan gereja serta bangunan tua yang masih dipertahankan membuat kita serasa memasuki abad pertengahan begitu menginjakan kaki ke dalam kota ini. Dan salah satu yang membuat Le Mont Saint Michel begitu terkenal karena situs ini dikelilingi oleh lautan, dengan pasang surut terbesar di Eropa.
Peletakan batu pertama dimulai pada tahun 709 oleh Uskup Aubert yang mendapatkan wahyu untuk membangun gereja di pulau seluas 208 hektar itu. Pembangunan yang terus berlanjut hingga akhir abad pertengahan. Sempat menjadi penjara di abad ke 19, kemudian di abad yang sama situs ini direnovasi dan pada saat perbaikan itulah ditambahkannya menara di ujung gereja yang menjadi simbol dari Le Mont Saint Michel.
Dari zaman prasejarah teluk ini tertutup oleh laut, yang kemudian terus mundur selama bertahun-tahun, dan menyebabkan erosi untuk membentuk lansekap pesisir dalam waktu jutaan tahun. Beberapa blok granit atau granulit muncul di teluk ini, dan bertahan dari kikisan air laut dibanding dengan batuan lainnya.
Untuk menuju Gereja Mont Saint Michel, kita harus melewati kota tuanya. Bisa dengan mengikuti jalanan utama atau melalui jalan-jalan kecil seperti gang sempit sebagai alternatif menuju gereja tersebut. Begitu banyaknya gang sempit yang bisa membawa kita hingga gereja, membuat kami akhirnya lebih memilih terlebih dahulu berjalan di jalanan utama. Baru kemudian turun dari gereja akan mencoba jalanan sempit yang menurut cerita banyak menyimpan misteri.
Sepanjang jalan utama kanan kirinya padat dengan butik cendera mata, restoran dan toko yang menjual makanan khas setempat khususnya kue gallette. Gallette dari Mont Saint Michel sangat laris manis sebagai oleh-oleh. Biskuit bulat dari tepung, gula dan mentega ini, memang sangat enak dan renyah dinikmati dengan kopi atau teh hangat. Dan hanya di Le Mont Saint Michel inilah terdapat restoran serta butik dari Mére Poulard, terkenal sebagai pembuat kue gallette nomor satu di Perancis.
kunjungan ke sini biasanya terbagi menjadi beberapa bagian. Tiga bagian terpenting mejadi pilihan kami. Kunjungan pertama kami yaitu mendatangi gerejanya yang bernama Gereja Abbatiale. Tempat ibadah inilah yang menjadi tujuan keagamaan bagi umat katolik.
Kunjungan kedua yaitu tempat para pendeta tinggal, yang dinamakan Abbaye du Mont Saint Michel. Yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Abbatiale dan La Merveille yang menjadi tempat tinggalnya para pendeta. Dalam Abbaye ini, batu tua yang menjadi dinding kokoh dan tebal membuat diri merasa kecil dan asing. Ketika sampai di taman dan lorong tempat para pendeta, permainan cahaya dari jendela mozaik begitu mempesona.
segera menuju ruangan berikutnya yaitu Salle des Chevaliers yang juga marak oleh pilar-pilar dan jendela mozaik. Ruangan yang terang ini membuat hati kami yang sempat ciut menjadi segar kembali. Di sinilah bayangan saya beradu dengan gambaran yang sering terlihat dalam film tentang chevaliers (satria berkuda romawi). Tebayang bagaimana mereka dengan pakaian kesatriaannya dan pedang panjangnya.
Puas berhayal, kami melanjutkan mengungkap bangunan bersejarah ini dengan mendatangi bangunan Robert de Torigni, bangunan yang terwujudkan paling akhir tepatnya tahun 1154-1164. Di sinilah kita akan dibuat kagum oleh kincir raksasa antik yang dibangun sebagai pengangkut barang dari luar bangunan misalnya bahan makanan, ketika Mont Saint Michel digunakan sebagai penjara.
Setelah ketiga bangunan kami kunjungan, maka yang tak boleh terlewatkan adalah berjalan kaki sepanjang dinding benteng. Mengelilingi benteng inilah kekaguman kami semakin berlipat, karena bisa melihat Abbaye Mont Saint Michel menjulang begitu megahnya. Zaman kini membangun gedung pencakar langit, bukan hal yang aneh lagi, tapi membayangkan bagaimana monumen bersejarah ini dibangun dengan tangan itulah yang membuat hati begitu terpesona. Apalagi pembangunan situs ini dilakukan karena kepercayaan seseorang kepada Tuhan.
Satu hal yang tak bisa luput dilakukan adalah berjalan kaki sepanjang pantai di sekeliling karang Mont Saint Michel. Pantai hitam pekat yang berkilau bagaikan lumpur dan busa yang menyerap kaki manusia. Kamera saya segera merekam kemilau dari pantauan pasir hitam ini.
merasa tak terlalu nyaman berjalan di atas pasir yang selalu menenggelamkan kedua kaki saya. Memang berjalan di atas pasir tempat air pasang surut merupakan pengalaman unik dan juga berbahaya. Berjalanlah tak jauh dari karang Mont Saint Michel itu pun hanya daerah tertentu. Karena di sini banyak terdapat pasir bergerak yang bisa membuat kita tenggelam karena tertelan pasir. Karena itu disarankan bagi yang ingin berjalan lama, menggunakan guide yang mengenal dengan pasti daerah tersebut.
dua orang berjalan di atas pasir tanpa bermasalah, bahkan anak-anak lainnya banyak yang memilih melepaskan pakaian untuk berguling-guling di atas pasir. Pasir yang langsung menjadi kering bagaikan lumpur kering membaluri tubuh mereka. Dan mereka pun terlihat begitu asik menikmatinya. Nyali saya kali itu tak terlalu besar, pikiran saya terlalu berkonsentrasi dengan gerakan pasir yang membuat saya takut.
Kemegahan dan keindahan gereja serta bangunan tua yang masih dipertahankan membuat kita serasa memasuki abad pertengahan begitu menginjakan kaki ke dalam kota ini. Dan salah satu yang membuat Le Mont Saint Michel begitu terkenal karena situs ini dikelilingi oleh lautan, dengan pasang surut terbesar di Eropa.
Peletakan batu pertama dimulai pada tahun 709 oleh Uskup Aubert yang mendapatkan wahyu untuk membangun gereja di pulau seluas 208 hektar itu. Pembangunan yang terus berlanjut hingga akhir abad pertengahan. Sempat menjadi penjara di abad ke 19, kemudian di abad yang sama situs ini direnovasi dan pada saat perbaikan itulah ditambahkannya menara di ujung gereja yang menjadi simbol dari Le Mont Saint Michel.
Dari zaman prasejarah teluk ini tertutup oleh laut, yang kemudian terus mundur selama bertahun-tahun, dan menyebabkan erosi untuk membentuk lansekap pesisir dalam waktu jutaan tahun. Beberapa blok granit atau granulit muncul di teluk ini, dan bertahan dari kikisan air laut dibanding dengan batuan lainnya.
Untuk menuju Gereja Mont Saint Michel, kita harus melewati kota tuanya. Bisa dengan mengikuti jalanan utama atau melalui jalan-jalan kecil seperti gang sempit sebagai alternatif menuju gereja tersebut. Begitu banyaknya gang sempit yang bisa membawa kita hingga gereja, membuat kami akhirnya lebih memilih terlebih dahulu berjalan di jalanan utama. Baru kemudian turun dari gereja akan mencoba jalanan sempit yang menurut cerita banyak menyimpan misteri.
Sepanjang jalan utama kanan kirinya padat dengan butik cendera mata, restoran dan toko yang menjual makanan khas setempat khususnya kue gallette. Gallette dari Mont Saint Michel sangat laris manis sebagai oleh-oleh. Biskuit bulat dari tepung, gula dan mentega ini, memang sangat enak dan renyah dinikmati dengan kopi atau teh hangat. Dan hanya di Le Mont Saint Michel inilah terdapat restoran serta butik dari Mére Poulard, terkenal sebagai pembuat kue gallette nomor satu di Perancis.
kunjungan ke sini biasanya terbagi menjadi beberapa bagian. Tiga bagian terpenting mejadi pilihan kami. Kunjungan pertama kami yaitu mendatangi gerejanya yang bernama Gereja Abbatiale. Tempat ibadah inilah yang menjadi tujuan keagamaan bagi umat katolik.
Kunjungan kedua yaitu tempat para pendeta tinggal, yang dinamakan Abbaye du Mont Saint Michel. Yang terbagi menjadi dua bagian, yaitu Abbatiale dan La Merveille yang menjadi tempat tinggalnya para pendeta. Dalam Abbaye ini, batu tua yang menjadi dinding kokoh dan tebal membuat diri merasa kecil dan asing. Ketika sampai di taman dan lorong tempat para pendeta, permainan cahaya dari jendela mozaik begitu mempesona.
segera menuju ruangan berikutnya yaitu Salle des Chevaliers yang juga marak oleh pilar-pilar dan jendela mozaik. Ruangan yang terang ini membuat hati kami yang sempat ciut menjadi segar kembali. Di sinilah bayangan saya beradu dengan gambaran yang sering terlihat dalam film tentang chevaliers (satria berkuda romawi). Tebayang bagaimana mereka dengan pakaian kesatriaannya dan pedang panjangnya.
Puas berhayal, kami melanjutkan mengungkap bangunan bersejarah ini dengan mendatangi bangunan Robert de Torigni, bangunan yang terwujudkan paling akhir tepatnya tahun 1154-1164. Di sinilah kita akan dibuat kagum oleh kincir raksasa antik yang dibangun sebagai pengangkut barang dari luar bangunan misalnya bahan makanan, ketika Mont Saint Michel digunakan sebagai penjara.
Setelah ketiga bangunan kami kunjungan, maka yang tak boleh terlewatkan adalah berjalan kaki sepanjang dinding benteng. Mengelilingi benteng inilah kekaguman kami semakin berlipat, karena bisa melihat Abbaye Mont Saint Michel menjulang begitu megahnya. Zaman kini membangun gedung pencakar langit, bukan hal yang aneh lagi, tapi membayangkan bagaimana monumen bersejarah ini dibangun dengan tangan itulah yang membuat hati begitu terpesona. Apalagi pembangunan situs ini dilakukan karena kepercayaan seseorang kepada Tuhan.
Satu hal yang tak bisa luput dilakukan adalah berjalan kaki sepanjang pantai di sekeliling karang Mont Saint Michel. Pantai hitam pekat yang berkilau bagaikan lumpur dan busa yang menyerap kaki manusia. Kamera saya segera merekam kemilau dari pantauan pasir hitam ini.
merasa tak terlalu nyaman berjalan di atas pasir yang selalu menenggelamkan kedua kaki saya. Memang berjalan di atas pasir tempat air pasang surut merupakan pengalaman unik dan juga berbahaya. Berjalanlah tak jauh dari karang Mont Saint Michel itu pun hanya daerah tertentu. Karena di sini banyak terdapat pasir bergerak yang bisa membuat kita tenggelam karena tertelan pasir. Karena itu disarankan bagi yang ingin berjalan lama, menggunakan guide yang mengenal dengan pasti daerah tersebut.
dua orang berjalan di atas pasir tanpa bermasalah, bahkan anak-anak lainnya banyak yang memilih melepaskan pakaian untuk berguling-guling di atas pasir. Pasir yang langsung menjadi kering bagaikan lumpur kering membaluri tubuh mereka. Dan mereka pun terlihat begitu asik menikmatinya. Nyali saya kali itu tak terlalu besar, pikiran saya terlalu berkonsentrasi dengan gerakan pasir yang membuat saya takut.
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5612637 Jangan hanya baca!, komen Anda sangat berarti bagi kami.Tks